Pada meningitis bakterialis, bakteri mencapai meningen melalui satu dari dua cara utama, yaitu melalui aliran darah atau melalui kontak langsung antara meningen dengan rongga hidung atau kulit. Pada sebagian besar kasus,
penyebab penyakit meningitis terjadi setelah invasi aliran darah oleh organisme yang tinggal pada permukaan mukosa seperti rongga hidung. Hal ini biasanya didahului oleh infeksi
virus, yang merusak barier normal dari permukaan mukosa. Sekali bakteri telah memasuki aliran darah, mereka akan masuk ke ruang subarachnoid dimana barier darah - otak bersifat paling rentan seperti pada pleksus koroidalis.
Meningitis Bakterialis
Penyebab penyakit meningitis bakterialis ini adalah bakteri dan menyebar melalui kontak jarak dekat. Jika tidak ditangani, bisa menyebabkan kerusakan otak parah, kehilangan indera pendengaran dan menimbulkan infeksi pada darah (septikemia).
Penyakit meningitis bakterialis muncul pada 25% bayi baru lahir hingga 2 tahun dengan infeksi aliran darah akibat bakteri, fenomena ini lebih jarang dijumpai pada orang dewasa, kecuali memiliki faktor resiko khusus.
Penyebab Penyakit Meningitis Bakterialis
Bakteri yang menjadi penyebab dari lebih 80% kasus meningitis bakterialis pada anak adalah:
neisseria meningitidis,
hemophilus influenzae,
streptococcus pneumoniae dan bakteri
H influenzae.
Jenis bakteri
neisseria meningitidis,
hemophilus influenzae dan
streptococcus pneumoniae, dalam keadaan normal terdapat di lingkungan sekitar dan bahkan bisa hidup di dalam hidung dan sistem pernafasan manusia tanpa menyebabkan keluhan. Kadang ketiga organisme tersebut menginfeksi otak tanpa alasan tertentu.
Pada kasus lainnya, infeksi
meningitis bakterialis pada anak terjadi setelah suatu cedera kepala atau akibat kelainan sistem kekebalan tubuh (sistem imun).
Penyebab penyakit meningitis bakterialis seringkali tidak secara langsung oleh infeksi bakteri tetapi lebih terutama disebabkan oleh respon sistem kekebalan terhadap masuknya bakteri ke dalam sistem saraf pusat. Jika komponen membran sel dari bakteri dikenali oleh sel kekebalan otak (astrosit dan mikroglia), mereka akan berespon dengan melepaskan sejumlah besar sitokin, mediator serupa hormon yang merekrut sel kekebalan lain dan merangsang jaringan lain untuk berpartisipasi dalam respon kekebalan.
Barier darah - otak menjadi lebih permeabel, sehingga terjadi edema serebri "vasogenik" (pembengkakan otak akibat kebocoran cairan dari pembuluh darah).
Sejumlah besar sel darah putih memasuki likuor serebrospinalis (LCS), menyebabkan radang pada meningen sehingga timbul
edema "interstisial" (pembengkakan akibat cairan antarsel). Selain itu, dinding pembuluh darah sendiri mengalami peradangan (vaskulitis serebral), yang menyebabkan menurunnya aliran darah dan jenis edema yang ketiga, edema "sitotoksik". Ketiga bentuk edema serebral ini menyebabkan meningkatnya tekanan intrakranial, bersama tekanan darah yang menjadi lebih rendah yang biasa dijumpai pada infeksi akut, ini berarti bahwa darah akan semakin sulit untuk memasuki otak, sebagai konsekuensinya sel-sel otak akan kekurangan oksigen dan mengalami apoptosis (kematian sel otomatis). Telah diketahui bahwa pemberian antibiotik pada awalnya bisa memperburuk proses yang sudah diuraikan di atas, dengan meningkatkan jumlah produk membran sel bakteri yang disebabkan oleh proses penghancuran bakteri. Tata laksana khusus, seperti penggunaan kortikosteroid, ditujukan untuk mengurangi respon sistem kekebalan tubuh terhadap fenomena ini.
Demikian jurnal meningitis singkat tentang resiko
penyebab penyakit meningitis bakterialis pada anak.