Penyebab Gejala Dan Pencegahan Kanker Nasofaring

Penyebab Gejala Dan Pencegahan Kanker Nasofaring

Kanker Nasofaring adalah nama penyakit yang tidak begitu terkenal di masyarakat. Nama lain kanker nasofaring adalah kanker hidung. Nasofaring adalah bagian dari faring atau tekak, yakni saluran yang berada diantara rongga hidung, rongga mulut dan tenggorokan. Keberadaan faring adalah antara tiga saluran tersebut. Faring sendiri tersusun atas nasofaring, yakni saluran yang berhubungan dengan hidung, orofaring yang berhubungan dengan mulut dan laringofaring yang berhubungan dengan tenggorokan atau laring. Kanker hidung adalah kanker yang berada di daerah nasofaring ini, yakni bagian dari faring yang mengarah ke hidung. Kanker nasofaring sering disingkat sebagai KNF memang memiliki perbedaan dengan kanker lainnya yang tampak oleh mata seperti kanker rahim atau kanker payudara. Kanker ini sulit dilihat dan sulit dirasakan, oleh karena itu kanker hidung sulit terdeteksi oleh dokter sejak stadium awal.

Apa itu Kanker Nasofaring?

Kanker Nasofaring adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Penyebab kanker nasofaring belum diketahui dengan pasti. Kanker nasofaring juga dikaitkan dengan adanya virus epstein bar.
Kanker nasofaring banyak dijumpai pada orang-orang ras mongoloid, yaitu penduduk Cina bagian selatan, Hong Kong, Thailand, Malaysia dan Indonesia juga di daerah India. Ras kulit putih jarang ditemui terkena kanker jenis ini. Selain itu kanker nasofaring juga merupakan jenis kanker yang diturunkan secara genetik.

Penyebab Kanker Nasofaring Atau Kanker Hidung.

Penyebab kanker hidung adalah infeksi virus Epstein Barr. Virus ini berada secara permanen di orofaring, nasofaring, kelenjar parotis hingga kelenjar ludah. Virus ini akan aktif jika seseorang mengonsumsi ikan asin dalam waktu lama dan konsisten. Selain itu, makanan yang diawetkan seperti asinan adalah aktivator lain dari virus ini. Selain itu, ventilasi yang kurang baik, membakar dupa dan obat nyamuk bakar juga berpotensi menjadi aktivator virus penyebab kanker hidung.

Faktor Resiko Penyebab Kanker Nasofaring atau Kanker Hidung

Sampai saat ini belum jelas bagaimana mulai tumbuhnya kanker nasofaring. Namun penyebaran kanker ini dapat berkembang ke bagian mata, telinga, kelenjar leher, dan otak. Sebaiknya yang beresiko tinggi terkena kanker nasofaring rajin memeriksakan diri ke dokter, terutama dokter THT. Risiko tinggi ini biasanya dimiliki oleh laki-laki atau adanya keluarga yang menderita kanker ini.
Beberapa faktor resiko penyebab kanker nasofaring atau kanker hidung atau antara lain:
  1. Sering mengonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet, termasuk makanan yang diawetkan dengan cara diasinkan atau diasap.
  2. Sering mengonsumsi makanan dan minuman yang panas atau bersifat panas dan merangsang selaput lendir, seperti yang mengandung alkohol. Selain itu, sering mengisap asap rokok, asap minyak tanah, asap kayu bakar, asap obat nyamuk, atau asap candu.
  3. Sering mengisap udara yang penuh asap atau rumah yang pergantian udaranya kurang baik.
  4. Faktor genetik, yakni yang mempunyai garis keturunan penderta kanker nasofaring.

Gejala Kanker Nasofaring Atau Kanker Hidung.

Gejala awal kanker nasofaring atau kanker hidung sering tidak disadari, baik oleh pasien maupun oleh dokter karena deteksinya cukup sulit. Namun demikian, penyakit ini bisa diprediksi dari gejala-gejala umum sebagai berikut:
  1. Gejala pada hidung:
      <->Muncul sumbatan pada hidung akibat pertumbuhan tumor dalam rongga nasofaring. Sumbatan ini biasanya dibarengi dengan gangguan penciuman dan adanya ingus yang kental.
      <->Sering terjadi mimisan atau pendarahan di hidung. Mimisan bisa terjadi berulangkali meskipun jumlah darahnya sedikit.
      <->Menderita pilek cukup lama, lebih dari satu bulan, dimana usia penderita diatas 40 tahun dan tidak memiliki kelainan hidung.
  2. Gejala pada telinga. Terjadi penurunan atau gangguan pada sistem pendengaran seperti kurang jelas atau sukar mendengar. Telinga terasa seperti berisi cairan dan seringkali muncul dengung pada salah satu sisi telinga.
  3. Gejala pada kelenjar leher. Pembesaran kelenjar leher biasanya terjadi pada penderita kanker hidung, baik di salah satu sisi maupun keduanya. Pembesaran ini adalah tanda bahwa kanker sudah menyebar. Oleh karena itu jika diraba maka akan terasa keras.
  4. Gejala tahap lanjut. Pada kanker hidung tahap lanjut, maka akan mengakibatkan gangguan pada penglihatan. Hal ini disebabkan adanya kelumpuhan pada otot kelopak mata sehingga tidak bisa membuka secara normal. Terkadang pandangan bisa menjadi bias atau ganda disertai rasa nyeri yang hebat di kepala. Bila telah menyebar ke daerah mulut maka penderita akan mengalami kesulitan menelan dan bersuara. Tentu saja ini akan membuat kondisi fisik penderita menurun secara cepat.
Efek yang paling berat adalah ketika sel kanker telah menyebar melalui pembuluh darah dan aliran limfa, maka sel dapat mengenai organ vital seperti tulang, paru dan hati. Organ yang disebutkan ini tentu akan mengalami kerusakan, sehingga timbul nyeri pada tulang, sesak nafas, gangguan pada pencernaan, dan lain sebagainya. Jika ini sudah terjadi, maka penderita sudah sulit disembuhkan.

Penyebab kanker nasofaring atau hidung

Penyebab kanker nasofaring atau kanker hidung adalah infeksi virus Epstein Barr. Virus ini berada secara permanen di orofaring, nasofaring , kelenjar parotis hingga kelenjar ludah. Virus ini akan aktif jika seseorang mengonsumsi ikan asin dalam waktu lama dan konsisten. Selain itu, makanan yang diawetkan seperti asinan adalah aktivator lain dari virus ini. Selain itu, ventilasi yang kurang baik, membakar dupa dan obat nyamuk bakar juga berpotensi menjadi aktivator virus penyebab kanker hidung.

Pencegahan Kanker Nasofaring Atau Hidung.

  1. Ciptakan lingkungan hidup dan lingkungan kerja yang sehat, serta usahakan agar pergantian udara (sirkulasi udara) lancar.
  2. Hindari polusi udara, seperti kontak dengan gas hasil zat-zat kimia, asap industry, asap kayu, asap rokok, asap minyak tanah dan polusi lain yang dapat mengaktifkan virus Epstein bar.
  3. Hindari mengonsumsi makanan yang diawetkan, makanan yang panas, atau makanan yang merangsang selaput lender.